Kamis, 21 Juli 2011

"Mata Hari - The Greatest Women Spy"

"Kecantikan adalah kekuatan, senyuman adalah senjatanya" Charles Reade

Barangkali banyak diantara kita yang sudah mengenal nama Mata Hari, seorang yang konon adalah spionase wanita terhebat di dunia. Berbagai penulis sudah mengabadikan namanya dalam sebuah novel roman.

Novelis yang pernah mengabadikan riwayat hidup Mata Hari dalam sebuah novel adalah:

S. Wagenaar, judul novelnya De Moord op Matahari
Majoor Coulson , judul novelnya Matahri Courtesan and Spy
J. C Brokken, judul bukunya Matahari
Juli Wheerwright, judul novelnya The Fatal Lover
Dan dari Indonesia sendiri ada Dukut Imam Widodo, judul novelnya Sang Penari

Mata Hari dikenal sebagai agen mata-mata dengan kemampuan link access yang sangat luas. Jenderal bintang apapun dari daratan di Eropa pasti akan takluk dihadapannya. Tarianya sangat memukau. Wajahnya mampu memikat semua pria di masa itu, adalah dua modal yang sangat berguna dalam dunia mata-matanya. Nah, seperti apakah dia sebenarnya?

SIAPAKAH MATA HARI?


Mata Hari lahir pada 7 Agustus 1876, di Leeuwarden, Belanda. Kehidupannya pun nampak begitu suram sejak ia menginjak masa kecil setelah ibunya meninggal dan yahnya bangkrut. Pada usianya yang masih belia (18 tahun) Mata Hari pernah dikeluarkan dari sekolahnya lantaran berskandal dengan sang Kepala Sekolah. Mata Hari memiliki nama asli Margaretha Geertruida Zelle, dia bersuamikan seorang perwira KNIL bernama Mayor Rudolph Macleod. Pasangan suami istri ini pernah menetap di beberapa kota di Indonesia. Pada tahun 1897 sampai 1902, mereka menetap di Ambarawa, Tumpang, Banyu Biru dan Sidanglaya. Di Indonesia dia terkenal dengan tarian ronggeng Jawa nya dengan dipadu tarian balet klasik.
Kehidupannya memang selalu tak luput dari dunia malam dan percintaan. Pernihakannya dengan Rudolph Macleod berakhir di sidang perceraian lantaran Mata Hari kerap berselingkuh.

Mata Hari kerap mengenakan pakaian yang sangat transparan, kalaupun tidak transparan, pasti ada belahan yang lebar di kostum yang ia kenakan. Kostum panggungnya pun ia rancang sendiri. Biasanya berupa kain panjang batik dengan motif parang rusak. Ia juga mengenakan piercing di telinga, serta menganakkan aksesoris lain yang seperti digunakan dalam pertunjukkan wayang orang.

DARI PANGGUNG PENARI KE PANGGUNG SPIONASE

Pada tahun 1902 Mata Hari melarikan diri dari Surabaya menuju Belanda. Hal itu disebabkan karena ada seorang petinggi yang patah hati dengannya lalu memfitnahnya sebagai mata-mata suatu kelompok bangsa pribumi. Diceritakan pula bahwa her great escape nya tidak lepas dari bantuan pria idaman lain Mata Hari yang merasa iba padanya.

Dari Belanda, Mata Hari menuju Paris. DI kota itu dia juga kembali menekuni karier menarinya di sebuah dua klub Folies Bergere dan Madame Kirevsky’s Salon. Di sana ia menjadi wanita simpanan dari Monsieur Guimet, salah seorang pria kaya dan pengoleksi benda seni dan artistik. Dan sekali lagi, hobi berselingkuhnya masih juga tak kunjung pudar. Dia selalu berpindah dari pelukan lelaki yang satu ke lelaki yang lain, dan tentu saja tidak sembarangan lelaki bisa menjadi miliknya, harus tampan dan kaya.
Pada tahun 1905 , Mata Hari menjadi sangat terkenal berkat pertunjukkan tari-tariannya. Pada tahun yang sama, ia mengadakan tur ke Skandinavia. Berbagai media cetak pun didatangkan untuk meliput Mata Hari secara besar-besaran. Bisa dibilang pada tahun itu adalah tahun titik awal kesuksesan Mata Hari.
Begitu populernya dirinya hingga banyak bermunculan merk produk yang mendompleng namanya. Ada biskuit merk Mata Hari, teh dan kopi merk Mata Hari, rokok Mata Hari. Pokonya segala hal yang berbau Mata Hari akan laku kelas di pasaran.
Pada tahun 1909, dia menciptakan sebuah tarian kreasi barunya yang diberi nama The Legend of the Rose. Tarian itu dipentaskan satu tahun kemudian dia Monte Carlo. Kesuskesan dia membawakan tarian-tarian berimbas hingga tahun berikutnya sampai pada tahun 1913.
Nasib tragis mulai menimpanya tatkala Perang Dunia I meletus. Pada tahun 1914, pertunjukannya terpaksa dibatalkan karena keadaan pada saat itu sangat tidak memungkinkan. Dan pada tahun yang sama pula dia kembali ke negara asalnya lewat Frankfurt menuju Den Haag. Dan disanalah dia memulai kehidupan baru dengan seorang yang bernama Baron van der Capellen. Namun, lagi-lagi, hubungan cintanya kandas. Kali ini bukan Mata Hari yang mempermainkan cintanya, namun Baron lah yang sedang mempermainkan cintanya. Lantaran kecewa cintanya dipermainkan, Mata Hari kembali lagi ke Paris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar